Intreaksionisme
simbolik merupakan teori yang menjelaskan proses dimana diri sendiri
dikembangkan. Interaksionisme simbolik adalah sebuah pergerakan dalam sosiologi
yang berfokus pada cara-cara manusia membentuk makna dan susunan dalam
masyarakat melalui percakapan. Barbara Ballis Lal meringkaskan dasar-dasar
pemikiran gerakan ini.
·
Manusia membuat
keputusan dan bertindak sesuai dengan pemahaman subjektif mereka terhadap
situasi ketika mereka menemukan diri mereka.
·
Kehidupan sosial
terdiri dari proses-proses interaksi daripada susunan, sehingga terus berubah.
·
Manusia memahami
pengalaman mereka melalui makna-makna yang ditemukan dalam simbol-simbol dari
kelompok utama mereka dan bahasa merupakan bagian penting dari kehidupan
sosial.
·
Dunia terbentuk
dari objek-objek sosial yang memiliki nama dan makna yang ditentukan secara
sosial.
·
Tindakan manusia
didasarkan pada penafsiran mereka, dimana objek dan tindakan yang berhubungan
dalam situasi yang dipertimbangkan dan diartikan.
·
Diri seseorang
merupakan sebuah objek yang signifikan dan layaknya semua objek sosial,
dikenalkan melalui interaksi sosial dengan orang lain.
Tiga konsep utama menurut George
Herber Mead adalah Mind, Self, and Society atau pikiran, diri sendiri, dan
masyarakat seperti yang telah dikemukakan sebelumnya pada bab pendahuluan.
Kategori-kategori ini merupakan aspek-aspek yang berbeda dari proses-proses
umum yang sama yang disebut tindak sosial, yang merupakan sebuah kesatuan
tingkah laku yang tidak dapat dianalisis ke dalam bagian-bagian tertentu. Sebuah tindakan bisa berupa tindakan yang
singkat dan sederhana seperti menalikan tali sepatu atau bisa saja tindakan
berupa sebuah rangkaian yang panjang seperti rencana kehidupan di masa depan.
Tindakan itu saling berhubungan dan dibangun seumur hidup selama kita
berinteraksi dalam kehidupan sosial kita dengan apapun baik yang secara
langsung dengan manusia lebih dari satu maupun dengan lingkup kecil seperti
bertatap muka (antara dua orang).
Dalam bentuknya yang paling
mendasar, sebuah tindak sosial melibatkan sebuah hubungan dari tiga bagian
yakni, gerak tubuh awal dari salah satu individu, respon orang lain terhadap
gerak tubuh tersebut, dan sebuah hasil. Hasilnya adalah arti tindakan tersebut
bagi pelaku komunikasi. Makna tidak semata-mata terletak dalam setiap hal,
tetapi dalam hubungan ketiga hal tersebut.
Dalam sebuah perampokan misalnya,
perampok menunjukkan pada korbannya apa yang ia maksudkan. Korban merespon
dengan memberinya uang atau barang, sehingga terjadi sebuah hasil (hasil
perampokan).
Berikut merupakan penjelasan dan
keterkaitan tiga konsep utama dalam teori George Herber Mead.
1.
Hakikat
Masyarakat (Society)
Masyarakat (society) atau kehidupan
kelompok, terdiri atas perilaku-perilaku kooperatif anggota-anggotanya. Kerja
sama manusia mengharuskan kita untuk memahami maksud orang lain yang juga
mengharuskan kita untuk mengetahui apa yang akan kita lakukan selanjutnya. Jadi
kerja sama terdiri dari membaca tindakan dan maksud orang lain serta
menanggapinya dengan cara yang tepat.
Makna merupakan sebuah hasil
komunikasi yang penting. Pemaknaan kita merupakan hasil interaksi dengan orang
lain. Sebagai contoh, walaupun kita mungkin belum pernah mendengar tentang
istilah telepon toilet, namun para narapidana mengetahui istilah tersebut
dengan baik bahwa mereka dapat berkomunikasi melalui pipa-pipa yang ada dalam
penjara. Kita menggunakan makna untuk menafsirkan kejadian-kejadian yang ada di
sekitar kita. Atau yang lebih jelasnya, kita tidak dapat berkomunikasi tanpa
berbagi makna dari simbol-simbol yang kita gunakan.
Herber menyebut gerak tubuh sebagai
simbol signifikan. Gerak tubuh mengacu pada setiap tindakan yang dapat memiliki
makna. Biasanya gerak tubuh bersifat verbal atau berhubungan dengan bahasa.
Tetapi bisa juga berupa gerak tubuh non verbal. Ketika ada makna yang dibagi,
maka gerak tubuh menjadi nilai dari simbol-simbol yang signifikan.
Oleh karena itu, masyarakat terdiri
atas sebuah jaringan interaksi sosial dimana anggota-anggotanya menempatkan
makna bagi tindakan mereka dan tindakan orang lain dengan menggunakan
simbol-simbol.
2.
Hakikat
Diri
Kegiatan saling mempengaruhi antara
merespon pada orang lain dan diri sendiri seperti yang telah dijelaskan diatas
adalah sebuah konsep yang ada dalam teori Herber Mead yang kemudian memberikan
peralihan pada konsep keduanya, yakni Diri.
Kita memiliki diri karena kita
dapat merespon kepada diri kita sebagai sebuah objek. Kadang kita bereaksi pada
diri kita sendiri dengan cara marah atau merasa jijik pada diri kita sendiri.
Cara utama kita melihat pada diri kita seperti orang lain melihat diri kita
adalah melalui pengambilan peran atau menggunakan sudut pandang orang lain dan
inilah yang menyebabkan kita memiliki konsep diri.
Diri memiliki dua segi,
masing-masing menjalankan fungsi yang penting, yakni I dan Me. I adalah bagian diri
kita yang menurutkan kata hati, tidak teratur, tidak terarah, dan tidak dapat
ditebak. I bersifat spontan yang menjadi tenaga pendorong untuk menciptakan
sesuatu yang baru, tidak dapat diprediksi, dan tidak terorganisir. I berada
pada kreatifitas otak kanan. Me adalah refleksi umum orang lain yang terbentuk
dari pola-pola yang teratur dan tetap, yang dibagi dengan orang lain. Setiap
tindakan dimulai dengan sebuah dorongan dari I dan selanjutnya dikendalikan
oleh Me. I adalah tenaga penggerak dalam tindakan, sedangkan Me memberikan arah
dan petunjuk. Herber menggunakan konsep Me untuk menjelaskan perilaku yang
dapat diterima secara sosial serta adaptif dan konsep I untuk menjelaskan gerak
hati yang kreatif dan tidak dapat ditebak.
3.
Hakikat
Pikiran
Kemampuan kita untuk menggunakan
simbol-simbol yang signifikan untuk merespon pada diri kita sendiri menjadikan
berfikir adalah sesuatu yang mungkin dilakukan. Berfikir adalah konsep ketiga
Herber, yang ia sebut pikiran. Pikiran bukanlah sebuah benda, tetapi merupakan
sebuah proses. Hal ini tidak lebih adalah berinteraksi dengan diri kita
sendiri. Berfikir melibatkan keraguan ketika kita menafsirkan situasi. Kita
berfikir melalui situasi dan merencanakan tindakan selanjutnya. Kita
membayangkan beragam hasil dan memilih serta menguji alternatif-alternatif yang
mungkin ada.
Manusia menggunakan simbol-simbol
yang berbeda dalam menamai objek. Hal ini didasarkan pada bagaimana setiap
manusia memaknai setiap simbol yang ada terlihat dalam kehidupan mereka. Setiap
simbol memiliki makna yang berbeda tergantung apa, bagaimana, dimana, kapan,
dan mengapa simbol itu ada.
Bagi Blimer, salah satu murid
Herber dalam pengembangan karyanya, objek terbagi ke dalam tiga jenis, yakni
fisik (benda-benda), sosial (manusia), dan abstrak (gagasan-gagasan). Manusia
mendefinisikan objek secara berbeda, bergantung pada bagaimana mereka bertindak
terhadap objek tersebut. Seorang polisi dapat berarti sesuatu bagi penduduk
minoritas pada suatu kota dan dapat memiliki arti lain bagi penduduk area
pemukiman mewah. Interaksi yang berbeda antara penduduk dari masyarakat yang
berbeda ini akan menciptakan makna-makna yang berbeda untuk label polisi.
Contoh penerapan Interaksi
Simbolik:
1. Menciptakan
realitas. Maksudnya adalah bahwa kita terlibat dalam negosiasi dengan yang lain
untuk menyatakan identitas kita dan gambaran situasi.
2. Penelitian
bermakna. Mead menyaranan penelitian dengan cara observasi pasrtisipasi.
Menurutnya, untuk memahami kuda, maka kita mencium seperti kuda makan dari
tempatnya, dan tidur di kandang, seperti itulah yang dikatakan observasi
partisipan.
3. Menyamakan
dengan yang lain. Seperti cerita pendek yang isinya menceritakan seorang anak
kecil yang memiliki kekuarangan dalam dirinya. Kemudian kekuarangannya tersebut
dijadikan bahan ejekan bagi orang banyak. Respon yang negatif ini berangsur-angsur
mengurangu kepercayaan dirinya dalam pergaulan sehari-hari dan akhirnya anak
kecil ini menganggap dirinya tidak memiliki nilai dan tidak ada artinya.
4. Penamaan.
Kita sering mendengar seseorang memiliki julukan atau dijuluki oleh orang lain seperti
bodoh, jelek, negro, hitam, dan lain-lain. Penamaan atau istilah yang seolah
mengecap diri seseorang memang benar-benar menyakitkan hati.
5. Nubuat
dengan dipenuhi diri sendiri. Ketika kita melihat diri kita dalam cermin, maka
ketika itu pula kita mengumpulkan setiap sudut pandang orang lain yang melihat
siapa diri kita. Atau yang biasa kita sebut dengan mengkoreksi diri. Maka kita
akan melihat atau setidaknya mengetahui bagaimana orang lain mengecap atau
menyebut diri kita sesuai dengan karakter yang kita miliki.
6. Manipulasi
simbol. Seringkali simbol digunakan untuk menunjukkan identitas suatu
organisasi atau perseorangan. Dalam penerapan ini, simbol digunakan dalam
sebuah komunitas masyarakat. Seperti simbol partai yang menyuarakan pembangunan
bagi rakyat miskin.



.jpg)
